Rabu, 15 Desember 2010

Ku Ikhlaskan Canda Tawa Jadi Lamunan Pengantar Lelap

Meski Hening Ku Rasakan Ingin Bersahabat.
Keraguan Mu Kembali Datang Seperti Kilat.
Aku Terperanjat dan Harus Ikhlaskan Canda Tawa yg Kita Cipta Jadi Lamunan Pengantar Lelap.

Fikiranku Menerawang Jauh seakan Tlah sampai d Hamparan Langit yg Terbentang.
Meski Ku Tau Raga Ku Masih d Sini,Masih d Bumi,Masih Bergelut dalam Pekatnya Mimpi.
Sepenuh Rasa d Hati Tlah Ku Berikan Pada Wanita Ini.
Ku Harap Sepenuhnya Ia Mengerti.
Dan Tak Perlu Risaukan semua Ini,Karena Mawar Tumbuh Memang d Bekali Duri.

Ku Sengaja Keluar Tuk Dengarkan Rintik Hujan.
Ku Langkahkan Kaki Dengan Pelan.
Ku Biarkan Dingin Mencabik-cabik sisa Keheningan.
Ku Biarkan Sepi Merasuk dalam Lamunan.
Karena dalam Sunyi Begini Aku Tak Berteman.
Karena Kau Terlalu Jauh Tuk Dengarkan Bisikan.

Dalam Hati Tak Pernah Habis Pertanyaan.
Pertanyaan yg Tak Pernah Ku d Beri Jawaban.

Aku Juga Haus Sanjungan.
Aku Haus Kasih Sayang.
Cukup Sudah Ku Merasa Terbuang.
Cukup Sudah Dunia Hitam Membuat Ku Terbenam.

Mengertilah Sayang.
Mengertilah Tentang Arti Kasih Sayang.
Mengertilah Tentang Indahnya Cinta Kita Sekarang.
Tak Kan Ku Terbang Hanya Karena Pujian,Meski Ku Haus Dengan Sanjungan.

Memang Kau Tlah Genggam Sayap Hitam Ku.
Kau Tlah Menguasai Titik Rapuh Ku.
Kau Mampu Takhlukkan Keangkuhan Ku.

Tapi Berilah Aku Sedikit Celah Tuk Tentukan Arah.
Yakinkan Hati Mu Bahwa Cinta Kita Tetap Indah.
Agar Kau Tak Selalu d Rasuki Amarah.
Aku datang tuk Mencintai Mu,Bukan tuk Memperkeruh Malam-malam Mu.

Tegaskan dan Dengarkan Suara Hati Mu Bahwa Aku Benar Mencintai Mu.
Pupuskan Keraguan Itu.
Karena Aku adalah Cinta Mu.
Dan Kau Adalah Cinta Ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar